Rabu, 18 Maret 2009

PENGENALAN ORDO DAN BEBERAPA FAMILI SERTA ANGGOTA SPESIESNYA Pengantar Perlindungan Tanaman

PENGENALAN ORDO DAN
BEBERAPA FAMILI SERTA
ANGGOTA SPESIESNYA
Pengantar Perlindungan Tanaman

ORDO ORTHOPTERA
Ciri-ciri :
Sayap depan agak keras dan lurus yang disebut tegmen; sayap
belakang berbentuk seperti selaput (membran)
Alat mulut menggigit mengunyah dengan posisi hypognatus
Tipe metamorfosis paurometabola (telur nimfa
imago)
Fitofag (pemakan tumbuhan): belalang, jangkrik, orong-orong
Contoh: Belalang Pemakan Daun
(orthos = lurus, pteron = sayap; serangga bersayap lurus)
Beberapa contoh hama penting dari ordo Orthoptera
1.
Valanga
nigricornis(Burm.) Famili Acrididae
Disebut juga sebagai belalang kayu atau belalang jati. Belalang ini
bersifat polifag
2.
Patanga
succinta(Linn.) Famili Acrididae
Hama pada tanaman padi dan rumput-rumputan
3.
Sexava
nubila, Famili Tettigoniidae (disebut sebagai belalang
pedang)
Hama penting tanaman kelapa di Sangihe-Talaud dan Ternate
Ovipositornya berbentuk seperti pedang
4.
Gryllotalpa
africana, Famili Gryllotalpidae
Orong-orong atau anjing tanah, hama pada perakaran di tanah
Tungkai depan bertipe fosorial
5.
Locusta
migratoria, Famili Acrididae
• 1877 di Halmahera 3 tahun (di Cina dan Malaysia)
• 1914-1915 di Halmahera Utara
Disebut juga sebagai belalang kembara, memiliki 2 fase:
a) fase soliter (tidak menjadi hama) warna hijau
b) fase gregarius (menjadi hama) warna kecoklatan
• 1952
• 1959 menyerang rumput-rumputan
• 1972 padi
• 1976 jagung
• 1980 cuaca kering diselingi beberapa kali hujan (fase
transien menjadi fase gregarius)
• 1988 Ubi kayu
• 1990/1991 Ubi jalar, kacang tanah, kedelai, kacang
panjang
Fase soliter Fase transien Fase gregarius
Pengendalian terbaik dilakukan dengan cara menekan populasi pada
saat fase transien (dalam bentuk tahapan nimfa yang merupakan
stadia lemah).
ORDO ISOPTERA
Ciri-ciri :
Serangga dewasa yang bersayap (kasta reproduktif) memiliki 2
pasang sayap dengan bentuk dan ukuran yang sama
Antena bertipe
moniliform(seperti manik-manik)
Alat mulut menggigit-mengunyah, metamorfosis
paurometabola
Contoh : Famili Termitidae
Gejala akibat Rayap
(iso = sama, ptera = sayap; serangga bersayap sama)
rayap tanah yang sangat umum dijumpai
di Indonesia, sering merusak stek tebu
Macrotermes
gilvus,
Telur Nimfa (kasta reproduktif
suplementer, kasta pekerja, kasta prajurit)
nimfa reproduktif kasta
reproduktif primer (melepas sayap) raja
dan ratu
SIKLUS HIDUP RAYAP
ORDO THYSANOPTERA
(Thysanos = rumbai; serangga mempunyai sayap berumbai)
Ciri-ciri :
􀂙 Ukuran tubuh kecil (beberapa mm), pipih (flat), dan umumnya
berwarna hitam, sayap mempunyai rumbai
􀂙 Alat mulut meraut-menghisap
biasanya trips hidup di celah-celah sempit seperti dalam lipatanlipatan
kuncup atau mahkota bunga
􀂙 Gejala kerusakan
LANGSUNG: daun berbercak keperakan, kemudian menjadi coklat
dan akhirnya gugur
TIDAK LANGSUNG: dapat menjadi vektor virus pada tanaman
begonia, krisan (gejala daun mengeriting)
􀂙 Metamorfosis peralihan antara paurometabola dan holometabola
2 instar pertama, mirip serangga dewasa namun tidak bersayap
2-3 instar berikutnya memiliki bakal sayap pendek, tidak aktif
disebut prapupa; instar pra dewasa terakhir disebut pupa
Contoh : Subordo Terebrantia
Subordo Tubulifera
ORDO HEMIPTERA
Ciri-ciri :
o Sayap depan setengah lunak, setengah keras (sayap hemilitron)
o Alat mulut menusuk-menghisap (haustelata)
o Metamorfosis: Paurometabola
Beberapa hama penting ordo Hemiptera :
1. Famili Pentatomidae

Nezara
viridula(kepik hijau) menyerang tanaman kedelai dan
kacang-kacangan

Scotinophara
vermicula[kepinding tanah (kepik berwarna
hitam)] menyerang padi
(hemi = setengah; serangga bersayap depan dengan dua
bentuk berbeda)
2. Famili Alydidae
a)
Leptocorisa
oratorius(walang sangit) menyerang bulir padi dan
berbagai rumput gulma
b)
Riptortus
linearis(kepik polong) menyerang kedelai, kacang
hijau, kacang panjang
3. Famili Miridae
a)
Helopelthis
antoniimenyerang kakao (daun dan buah), teh, kina
Beberapa famili yang menjadi predator :
Famili Belostomatidae
Famili Reduviidae
Leptocorisa
oratorius
Coreidae
Pentatomidae
Miridae
ORDO HOMOPTERA
Ciri-ciri :
Alat mulut menusuk menghisap
Sayap depan menebal atau seperti selaput, sayap belakang seperti
selaput. Pada waktu istirahat letak sayap dalam posisi seperti atap
rumah di atas tubuhnya
Antena pendek, seperti benang atau rambut kaku, namun pada
beberapa famili antena relatif panjang
Metamorfosis: Paurometabola
Banyak spesies, yang selain menjadi hama, juga menjadi vektor virus
Banyak spesies yang menghasilkan embun madu (limbah pencernaan)
(homo = sama; serangga bersayap sama)
1. Golongan Auchenorrhyncha (wereng)
Famili : Flatidae, Delphacidae, Jassidae, Membracidae
Contoh hama kelompok ini :
a.
Nilaparvata
lugens(famili Delphacidae) = Wereng batang
cokelat.
Habitat pada pangkal batang padi, pola perkembangbiakan,
biotipe, siklus hidup 3-4 minggu.
Siklus hidup wereng cokelat
Telur ( bentuk seperti sisir pisang pada jaringan batang yang
masih muda; 7-10 hari)
Nimfa 8-17 hari (antena seperti rambut; nimfa dialami selama
beberapa instar)
Imago ( lama hidup 18-28 hari, bersayap disebut
macroptera,
bersayap pendek disebut
brachyptera)
Homoptera terbagi menjadi 2 (dua) golongan :
b.
Sogatela
furcifera(famili Delphacidae) = Wereng punggung putih
Bentuk seperti wereng coklat, bukan hama penting
c.
Nephotettixspp. (famili Jassidae) = Wereng hijau
Kerusakan langsung relatif tidak berarti, vektor virus Tungro
d.
Recilia
dorsalis(famili Jassidae) = Wereng loreng/zig-zag
leafhopper
Bukan hama penting saat ini
Famili : Psyllidae, Aleyrodidae, Aphididae, Diaspididae,
Pseudococcidae, Coccidae
Contoh hama dari kelompok ini :
a)
Diaphorina
citri(famili Psyllidae); hama kutu loncat pada jeruk
dan anggota famili Rutaceae lainnya; sebagai vektor virus CVPD
pada jeruk
b)
Heteropsylla
cubana(famili Psyllidae); nama umum: kutu loncat
lamtoro
c)
Bemisia
tabaci(famili Aleyrodidae); kutu kebul sebagai vektor
virus pada tanaman kedelai
2. Golongan Sternorrhyncha (kutu tanaman)
d)
Aleurodicus
destructor(famili Aleyrodidae); kutu kapuk pada
kelapa
e)
Aleurodicus
dispersus= polifag, kutu kapuk pada jambu biji, dll
f)
Aphis gossypii(famili Aphididae); kutu daun, vektor virus pada
kacang-kacangan
g)
Aphis cracivora(famili Aphididae); kutu daun, vektor virus pada
kacang-kacangan
h)
Coccus
viridis(famili Coccidae); kutu tempurung pada kopi,
cengkeh jeruk
Imago tidak berpindah tempat sehingga tungkainya tidak ada
i)
Planococcus
lilacinus(famili Pseudococcidae); daun tanaman
kelapa
j)
Aspidiotus
destructor(famili Diaspididae); hama daun tanaman
kelapa
k)
Lapidosaphes
beckii(famili Diaspididae); kutu perisai, hama pada
jeruk
Imago tidak berpindah tempat sehingga tungkainya tidak ada

ORDO LEPIDOPTERA
Ciri-ciri :
Sayap depan dan seluruh tubuhnya bersisik, sisik inilah yang memberi
warna pada sayap
Serangga dewasa tidak menjadi hama, yang menjadi hama adalah
larvanya
Larva berbentuk ulat (tipe eruciform) mempunyai tungkai palsu
( false leg) sebanyak 5 pasang di abdomen
Tungkai sejati terdapat pada toraks
Metamorfosis Holometabola
Tungkai palsu
(Lepidos = sisik)
Sifat hidup larva
􀂃 Pemakan daun, bunga, buah
􀂃 Penggerek batang dan buah
􀂃 Pemakan akar dan buah
􀂃 Predator pada berbagai jenis kutu tanaman (Eublema)
Lepidoptera terbagi menjadi 3 (tiga) golongan :
1. Golongan Kupu-kupu (butterfly), aktif siang hari (Diurnal)
2. Golongan
Skipper, aktif petang hari (Krepuskular)
3. Golongan Ngengat ( moth), aktif malam hari (Nokturnal)
Contoh hama penting dari Ordo Lepidoptera :
1) Famili Sphingidae
2) Famili Psychidae; menyerang daun jambu air
membentuk kantung ditutupi oleh permukaan daun, gejala kerusakan
daun berlubang
3) Famili Limacodidae; berwarna hijau, terdapat pada daun kelapa.
Tungkai memiliki banyak rambut
4) Famili Papilionidae; berwarna hijau, terdapat pada kuncup daun jeruk.
Sayap Imago memiliki papil
5) Famili Hesperiidae; Ulat penggulung daun pisang
6) Famili Pyralidae; hama pada tanaman padi
7) Famili Noctuidae
Famili Papilionidae
ORDO COLEOPTERA
(Coleos = seludang)
Ciri-ciri :
Sayap depan berbentuk seperti seludang, keras dan tebal disebut
elitron
Alat mulut menggigit mengunyah dimiliki oleh larva dan imago; Larva
dan imago keduanya menjadi hama atau predator
Hama : pemakan daun, bunga dan buah; penggerek batang; pemakan
akar
Predator : memangsa berbagai jenis serangga lain yang berukuran lebih
kecil, terutama kutu tanaman
Metamorfosis holometabola
3. Scarabaeidae, Dynastinae (kumbang badak); hama pada tanaman
kelapa
4. Chrysomelidae; hama tanaman Cucurbitaceae, Solanaceae, dll
5. Curcullionidae (kumbang moncong); hama pada tanaman kelapa
1. Coccinellidae (kumbang kubah)
2. Cerambycidae; memiliki antena panjang sebagai hama
penggerek kayu
Famili yang menjadi hama :
Cerambycidae Chrysomelidae
Curcullionidae Scarabaeidae
ORDO DIPTERA
(Di = dua; Serangga bersayap dua)
Ciri-ciri :
- Sayap 1 pasang, sayap belakang berubah menjadi halter
- Metamorfosis holometabola
- Larvanya ada yang menjadi hama, predator, parasit
Hama : penggerak batang, pembentuk puru dan penggerek daun
Predator: memangsa kutu-kutu tanaman terutama famili Aphididae
(kutu daun)
- Imago menghisap cairan pada tanaman yang membusuk
Terdiri dari 2 (dua) subordo
(berdasarkan morfologi)
1) Subordo Nematocera; Nyamuk [antena panjang]
2) Subordo Cyclorrapha; Lalat [antena pendek]
3) Subordo Brachycera
Culicidae
Tephritidae
Calliphoridae
ORDO DERMAPTERA
(Derma=kulit; ptera=sayap)
Ciri-ciri :
Alat mulut menggigit-mengunyah
Metamorfosis paurometabola
Tubuhnya memiliki sepasang forceps
Menjadi predator pada ulat bunga kelapa, ada yang
saprofag atau fitofag
Forceps
Predator : yang hidup pada pohon kelapa dapat memangsa ulat
bunga kelapa; terdapat penjepit (forceps) pada bagian ujung
tubuh; tubuh pipih, ramping, berwarna coklat atau hitam
Saprofag : hidup pada serasah daun dan humus
Fitofag : hanya sebagian kecil, dapat merusak mahkota bunga
krisan, dahlia
ORDO HYMENOPTERA
(Hymen = selaput; Serangga bersayap selaput)
Ciri-ciri :
Sayap seperti selaput tipis
Metamorfosis : Holometabola
Bersifat sebagai hama (sebagian kecil), parasit, dan predator
serta penyerbuk
Hama : Kerawai daun ( leafcutter bees)
Parasit : Larva memarasit berbagai jenis serangga dari ordo
Homoptera, Coleoptera, Diptera dan Hymenoptera
Predator : memangsa berbagai jenis serangga
Penyerbuk : jenis lebah, tetapi imago parasit pun dapat
berperan sebagai penyerbuk
Lebah sebagai hama
Lebah sebagai parasitoid
TUNGAU (Filum Arthropoda; Subfilum Chelicerata;
Kelas Acarina)
Tarsonematidae
• Polyphagotarsonemus
latus
Polifag : tomat, cabai, karet, teh
Teh : di permukaan bawah daun, pucuk
Gejala : tunas menjadi panjang, klorosis, daun mengering
Karet : daun muda gugur, daun tua pertumbuhan asimetri
Philipina greenhouse (tomat, kentang, tembakau)
Tetranychidae
• Tetranychus
cinnabarinus(tungau merah)
Kapas, polong-polongan, jeruk, tanaman hias, gulma, singkong

CARA PEMBUATAN PUPUK ALAMI PUPUK ALAMI

KATA PENGANTAR
Pertanian organik berarti bertani dengan cara menghormati dan menjaga keselarasan alam. Berbagai macam bahan masukan seperti pupuk pabrik, pestisida, herbisida dan bahan-bahan kimia lainnya tidak dibutuhkan. Pertanian ini, mengacu pada pertanian Tradisional yang pernah dilakukan oleh nenek moyang kita sebelum pabrik-pabrik kimia didirikan. Bahan- bahan yang digunakan serba alami seperti pupuk, pestisida, fungisida dan sebagainya yang diambil dari linkgungan alam sekitarnnya. Tulisan ini berupa kumpulan dari berbagai tulisa dan pengalaman petani yang melakukan penggalian dan pengembangan kembali pola-pola pertaniantradisional yang sadar akan dampak negatif akibat pemakaian bahanbahan kimia. Tulisan ini dipersembahkan kepada petani untuk melakukan gerakan pertanian organik dalam mengembangkan kreatifitas dan kemampuannya agar menjadi petani yang mandiri yang mampu membangun masa depan pertanian yang ramah lingkungan. Diharapkan tulisan inidapat dijadikan bahan masukan dalam pemberdayaan pinggiran hutan dengan memanfaatkan sumberdaya alam lokal secara berkelanjutan. Disadari bahwa tulisa ini jauh dari kesempurnaan dan banyak sekali kekurangannya, oleh karena itu penulis berharap saran dan masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan.
Way jepara
2009
Penulis
 
PENDAHULUAN
Kearifan masyarakat tradisional dalam menghadapi hama dan penyakit tanaman
pada pertanian memiliki sikap yang sangat arif walaupun kadangkala terasa aneh oleh pandangan umum. Petani tradisional memandang bahwa hama dan penyakit tanaman merupakan bagian dari kehidupan untuk keseimbangan alam. Serangan ulat bulu pada tanaman buah-buahan dianggap suatu berkah, karena hama ulat bulu membantu proses perontokan daun untuk pembentukan daun dan tunas-tunas baru, dengan harapan musim berbuah berikutnya tanaman akan berbuah lebih banyak.
Begitu juga dalam bercocok tanam tanpa pupuk kimia dan pestisida pada masyarakat tradisional dianggap menjaga kelestarian alam dan lingkungan yang seimbang. Hal ini memang terbukti pada pertanian tradisional tidak pernah terjadi
kerusakan lingkungan, sebab dalam cara dan penerapan yang dilakukan berpedoman pada prinsip-prinsip alam (natural). Contohnya pada saat akan melakukan penanaman padi mereka selalu berpatokan pada ilmu perbintangan (astrologi), cara ini merupakan pendekatan terhadap musim yang cocok untuk masa tanam, dimana ketersediaan air terpenuhi dan pada saat tanaman besar, cahaya matahari cukup untuk pertumbuhan, pembungaan dan menghasilkan buah/biji yang berlimpah. Disamping itu penanamannya juga dilakukan secara serentak sehingga serangan hama dan penyakit tanaman dapat berkurang. Sejalan dengan perkembangan peradaban, lambat laun sistem pertanian tradisional yang berkelanjutan ditinggalkan, dan masyarakat petani diperkenalkan pada sistem pertanian yang berorientasi pada peningkatan hasil. Berbagai macam pupuk dan bahan kimia diperkenalkan untuk menunjang pertanian yang dianggap modern, namun disisi lain ternyata banyak mengandung muatan negatif disaping dampak positifnya. Dampak negatif akibat pemakaian pupuk kimia menyebabkan lahan pertanian menjadi tandus, belum lagi akibat penggunaan pestisida dengan daya racun yang tinggi menyebabkan ikut terbunuhnya binatang-binatang yang sebenarnya bukan hama dan justru akan membantumemberantas hama tanaman pertanian itu sendiri.
Gambaran pertanian modern berupa pemanfaatan sumberdaya alam yang terlalu dipicu tanpa perhitungan pelestarian, maka yang terjadi adalah kerusakan lingkungan akibat adanya pencemaran berupa bahan- bahan kimia yang sangat berbahaya bagi mahluk hidup dan bagi alam itu sendiri. Untuk menunjang pertanian modern banyak pabrik pupuk dan pestisida yang dibangun yang katanya bertujuan untuk memerangi kemiskinan dan kelaparan, padahal sebenarnya mebuat petani miskin semakin miskin dan menjadi ketergantungan. Disamping itu pola hidup petani menjadi berubah, dari petani tradisional menjadi petani modern,sekaligus merusak hubungan-hubungan petani dengan alam. Akibatnya kreatifitas petani menjadi mati dan sulit untuk membangun kembali menjadi petani yang mandiri. Keadaan tersebut diperparah oleh harga pupuk dan obat-obatan semakin tinggi, sementara itu harga hasil panen petani terus merosot. Dan sistem perdagangan hasil-hasil pertanian itu sendiri dikuasai dan dikendalikan oleh tengkulak yang mengambil keuntungan yang tidak seimbang dengan keuntungan petani. Hal itu berarti pemberantasan kemiskinan dan kelaparan dibumbui oleh racun dan kebohongan yang membuat petani semakin miskin dan bodoh. Di dalam modul ini akan diperkenalkan kembali resep-resep tradisional dalam pertanian organik yang ramah lingkungan dan sudah dikembangkan untuk pertanian dimasa mendatang.

CARA MEBUAT RAMUAN ALAMI UNTUK MENUNJANG PERTANIAN
ORGANIK
A. Mikro Organisme Nabati
Pembuatan pupuk kompos maupun pestisida alami untuk mempercepat proses
fermentasi biasanya digunakan bahan masukan bakteri. Kegunaannya agar
proses pembuatannya lebih cepat
Dengan memasukan bakteri fermentasi dalam pengomposan dapat berlangsung
1- 2 minggu. Prinsipnya bakteri itu membantu mempercetat proses
pengomposan. Bakteri yang biasa digunakan adalah AM-1, namun untuk menghemat biaya kitapun dapat membuat bakteri sendiri dengan berbagai cara dari bahan-bahan yang kita miliki dan hasilnya tidak kalah dengan bakteri yang dijual seperti AM-1.
1. Cara pertama
Bahan
1. Perasan becek (kotoran kambing, sapi yang masih ada di dalam usus dan
belum berbentuk kotoran) sebanyak 5 liter
2. Terasi ¼-1 kg
3. Katul/bekatul minimal 3 kg
Buah-buahan matang secukupnya atau dapat diganti dengan 1/4kg ula
merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
Cara pembuatan
1. Kotoran kambing atau sapi dikeluarkan dari dalam usus (bisa memanfaatkan kalau ada orang menyembelih kambing atau sapi.
2. Campurlah kotoran yang agak keras dan yang sudah lunak. Bila terlalu keras berilah sedikit air.
3. Campuran tersebut dimasukan kedalam kain, kemudian diperas hingga tinggal ampasnya dan air perasannya merupakan bahan dasar bakteri alami ditampung pada sebuah wadah/tempat.
4. Rebus air sebanyak 5 liter di dalam panci besar hingga mendidih.
5. Masukan tersai yang sudah dihaluskan sambil di aduk aduk, kemudian masukan juga katul secara perlahan-lahan lalu dinginkan
6. beberapa jenis buah-buahan matang seperti nanas, mangga, pisang, pepaya dan lain diparut kemudian diperas dan diambil sari buahnya.
7. Masukan air perasan sari buah-buahan tadi ke kalam adonan terasi dan bekatul, serta masukan juga 5 liter air perasan kotoran dan aduk hingga merata.
8. Simpan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung selama satu minggu.
9. Bahan siap digunakan untuk pembuatan kompos.
2. Cara kedua
Bahan
1. Berbagai jenis sari buah-buahan.
2. Tetes air nira kelapa atau aren atau dapat diganti dengan gula pasir yeng diencerkan seperti tetes.
Cara Pembuatan
1. Buah-buahan yang masak dihancurkan atau diparut, diperas dan diambil
sari buahnya
2. Air perasan sari buah dicampur dengan tetes gula/nira dengan
perbandingan 1:1
3. Simpan pada tempat yang tidak terkena cahaya matahari selama satu
minggu
4. Bahan tersebut siap digunakan untuk pembuatan kompos atau
pembuatan pupuk cair dengan penambahan air 1:1
B. Kompos Bakteri Alami
Bahan
1. Arang sekam 100kg
2. Kotoran hewan 200kg
3. Dedak atau bakatul 3-5kg
4. Gula pasir atau gula merah 1/2kg yang dilarutkan dalam air
5. Bakteri 1/5 kg
6. Air secukupnya
Pembuatan
1. Arang sekam, kotoran hewan, dedak dan gula dicampur sampai merata
pada tempat yang bersih dan teduh, jangan terkena hujan dan sinar
matahari secara langsung.
2. Campurkan bakteri ke dalam air kemudian siramkan pada bahan sambil
diaduk-aduk hingga merata.
3. Tutup dengan plastik atau dedaunan sampai rapat
4. Tiap dua hari sekali diaduk-aduk sambil disiram air secukupnya.
5. Dalam 10 hari apabila sudah tidah terjadi proses pemanasan (fermentasi)
kompos siap digunakan
C. Pembiakan bakteri Alami (Pupuk Cair)
Bahan
1. bakteri 1 liter
2. Hijauan atau serasah dari tanaman yang tidak bergetah atau sulit lapuk
seperti karet, pinus, damar, nimba,jato, bambu dan lain-lain.
3. Terasi ½ kg dan campur dengan air secukupnya.
4. Gula pasir/gula merah/tetes tebu (pilih salah satu) sebanyak 1 kg dan
larutkan dalam air
5. kotoran hewan 30 kg
6. Air secukupnya.
Pembuatan
1. Kotoran hewan dan dedaunan dimasukan ke dalam drum
2. Kemudian masuka larutan gula, terasi dan larutan bakteri satu persatu
3. Tambahkan air hingga tergenang sambil diaduk-aduk
4. tutup drum dengan tutupnya
5. setelah 8-10 hari pembiakan bakteri sudah selesai dan tutup drum dibuka
6. Saring dan masukan ke dalam wadah/botol untuk disimpan
7. Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan 1-2 liter dan
tambahkan air, terasi, larutan gula dengan perbandingan yang sama
sambil diaduk-aduk dan tutup kembali wadah tersebut.
8. Setelah 8-10 hari bakteri sudah berkembang biak dan suap digunakan.
9. Lanjutkan pekerjaan tersebut hingga beberapa kali.
Kegunaan
1. Untuk membuat kompos.
2. Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot
3. Tidak boleh dicampur dengan bahan lain, terutama bahan kimia atau
bahan untuk pestisida seperti tembakau, nimba, gadung. Dan sebagainya
D. Pembuatan EM-Lestari 1
Bahan
1. Berbagai jenis buah-buahan yang sudah masak 5 kg.
2. Tetes tebu, atau gula pasir/gula merah ¼ kg
Cara pembuatan
1. Bahan ditumbuk atau diparut.
2. Ambil sari buahnya dengan cara disaring atau di peras.
3. Larutkan tetes tebu atau gula pasir/gula merah.
4. Campurkan air perasan sari buah-buahan dengan larutan gula.
5. Disimpan ditempat yang tidak terkana sinar matahari selama 2 minggu.
6. Bahan siap digunakan untuk membuat kompos.
E. Pembuatan EM-Lestari 2
Bahan
1. Air cucian beras 1 liter
2. EM-Lestari 1 sebanyak 10 sendok makan.
3. Alkohol 40% atau air tape sebanyak 10 sendok makan.
4. Cuka 10 sendok makan
5. Gula pasir 1 ons
Cara pembuatan
1. Semua bahan dicampur menjadi satu.
2. Disimpan di dalam botol yang tertutup selama 2 minggu dan tidak
terkena sinar matahari.
3. Bahan siap digunakan.
Kegunaan
1. Sebagai pupuk cair dan sekaligus mengendalikan hama tanaman.
2. Bahan pembuat kompos
F. Pupuk Hijau Alami
Bahan
1. 200 kg hijau daun atau sampah dapur organik
2. 10 kg dedak/bekatul halus.
3. ¼ kg gula pasir/gula merah.
4. ¼ liter bakteri.
5. 200 liter air atau secukupnya
Pembuatan
1. Hijau daun dicacah dan dibasahi.
2. Campurkan dedak halus atau bakatul dengan hijau daun.
3. Larutkan gula pasir atau gula merah dengan air secukupnya.
4. Masukan bakteri ke dalam air, kemudian campurkan larutan gula
kedalamnya.
5. Campurkan seluruh bahan diaduk sampai rata.
6. Buat tumpukan bahan pada tempat yang rata setebal 15-20 cm dan
ditutup rapat dengan plastik atau dedaunan.
7. Dalam waktu 3-4 hari kompos telah jadi.
G. Membuat Pupuk Bokasi
Bahan
1. Kotoran ternak 60% bagian.
2. tanah humus 255 bagian.
3. Potongan kecil-kecil merang padi 10& bagian.
4. Bakatul/bungkil5% bagian.
Cara Pembuatan
1. Aduk bahan hingga merata sambil disiram air secukupnya jangan sampai
becek.
2. Tutup dengan plastik atau dedaunan dan jangan sampai terkena hujan
atau matahari langsung.
3. Setiap 3 hari bahan diaduk dan tambahkan air siram bila keadaan kering.
4. Proses pengomposan akan selesai selama 2-3 minggu.
5. Air siraman dapat ditambahkan bakteri EM-4, EM-Lestari atau larutan gula
pasir atau gula merah 1 sendok perliter.
H. Pupuk Organik Semprot.
Bahan
1. Gula merah ½ kg
2. Buah nanas matang 1 buah
3. Rebung bambu ½ ons
4. Kecambah ½ kg
5. Sulur beringin ½ ons
6. Air 5 liter
Cara Membuat
1. Semua bahan ditumbuk/dihancurkan kemudian derendam didalam air.
2. bahan disaring dan tempatkan dalam botol.
3. bahan siap digunakan dengan takaran/dosis 1 gelas untuk 10 liter air
4. Bahan disemprotkan pada tanaman 10 hari sekali
Kegunaan
Menyuburkan tanaman yang berumur 20-50 hari
I. Ramuan Insektisida nabati Serba Guna 1
Bahan
1. Biji nimba 1 kg
2. Air 1 liter
Cara pembuatan
1. Biji nimba ditumbuk halus, kemudian direndam dalam 1liter air selama 1
minggu.
2. Bahan siap digunakan dengan mencampurkan 1-2 sendok makan untuk 1
liter air.
Kegunaan
Dapat memberantas segala jenis hama serangga.
J. Ramuan Insektisida nabati Serba Guna 2
Bahan
1. Air cucian beras (leri0 sebanyak 1 liter.
2. Alkohol 10 sendok makan atau dapat diganti dengan 2 butir ragi.
3. Cuka 10 sendok makan.
4. Gula pasir 1kg
5. Perasan umbi gadung 10 sendok makan.
6. Bakteri 10 sendok makan.
7. Daun klekeh, daun sirih, daun kecubung, daun mahoni, daun sirsak
masing-masing satu genggam dan ditumbuk halus.
Pembuatan
1. Seluruh bahan dicampur dan diaduk menjadi satu dan didiamkan selama
3 hari
2. Bahan siap digunakan dengan cara mencampurkan air sebanyak 10-15
liter untuk 1 gelas
3. Sebelum digunakan tambahkan larutan air tumbukan bawang putih atau
cabai.
Kegunaan
Dapat mengendalikan berbagai hama
K. Ramuan Insektisida nabati 3
Bahan
1. Umbi gadung 2 kg
2. tembakau rokok 1 kg
3. Daun jeringao/dringo (Acoros Calaus) ¼ kg
4. Air 4 liter.
5. Terasi 2 ons
6. Minyak kelapa 1sendok
Pembuatan
1. Minyak kelapa dioles pada telapak tangan.
2. Umbi gadung dikupas lalu di parut dan di rendam dalam air secukupnya
selama satu hari satu malam (24jam)
3. Tembakau derendam dengan 3 liter air panas selama satu hari satu
malam
4. Daun jeringo ditumbuk halus dan direndam dengan ½ liter air panas
selama satu hari satu malam
5. Terasi dilarutkan dengan air secukupnya dan didiamkan satu hari satu
malam
6. Masing-masing bahan disaring dan dicampur di dalam satu wadah/ember
7. Bahan siap digunakan dengan dosis 1 gelas dicampur dengan 5-10 liter
air
Kegunaan
1. Dapat mengurangi dan menolak serangan hama dan penyakit tanaman.
2. Mebunuh wereng batang coklat, lembing batu, ulat gerayak, dan ulat
hama putih palsu
L. Ramuan Insektisida nabati 4
Bahan
1. Labu siam/gambas
2. Kunir
3. Daun suren
4. Daun mindi
5. Daun orok-orok
6. Daun kacang babi
Pembuatan
1. Semua bahan ditumbuk dan direndam dalam air panas selama 24 jam,
lalu diperas dan ambil airnya
2. Seluruh air perasan bahan-bahandicampur dan didiamkan 1 minggu
3. Bahan siap digunakandengan takaran/dosis 1 liter tambahkan air 10 liter
Kegunaan
Memberantas dan mengendalikan hama ulat dan serangga lainnya.
M. Ramuan Pengendali Hama Wereng dan Ulat
Bahan
1. Daun mindi
2. Daun arum dalu (sedap malam)
3. Daun jenu (tuba)
4. Tembakau rokok
Pembuatan
1. Masing-masing daun mindi, daun sedap malam dan daun jenu/tuba ditumbuk
halus secara terpisah dengan mencampurkan sedikit air, kemudian diperas
pada wadah yang berbeda-beda
2. Ketiga air perasan bahan-bahan di atas dicampur dengan perbandingan
1 : 1 : 1
3. Rebus daun tembakau hingga mendidih, biarkan hingga dingin dan air
sarinya diambil
4. Iris labu siam untuk diambil getahnya
5. Seluruh bahan-bahan di atas dicampur hingga merata dan masukkan ke
dalam botol, kemudian diamkan selama satu minggu
6. Bahan tersebut siap digunakan dengan melarutkan ke dalam air dengan
perbandingan 1 – 2 sendok teh untuk 1 liter air.
N. Ramuan Mengatasi Ulat
Bahan
1. Daun gamal 1 kg
2. Air 5 liter
3. Tembakau 2 ½ gram
Cara Pembuatan
1. Daun gamal ditumbuk sampai halus dan dimasak dengan 5 liter air, lalu
dinginkan.
2. Tambahkan tembakau sambil diaduk-aduk.
3. Didiamkan selama satu malam.
4. Air sarinya siap digunakan dengan perbandingan ¼ liter untuk 10 liter air.
Kegunaan
Memberantas ulat gerayak dan ulat lainnya
O. Ramuan Mengatasi Hama Wereng
Bahan
1. Buah kecubung wulung 2 butir
2. Akar jenu/tuba 1 kg
3. Air 1 liter
Cara pembuatan
1. Bahan-bahan ditumbuk halus dan direbus sambil diaduk-aduk hingga airnya
mendidih
2. Dinginkan dan airnya disaring
3. Bahan siap digunakan
Kegunaan
Satu liter bahan dicampur dengan 16 liter air untuk memberantas hama wereng
P. Ramuan Pengendali Walang Sangit
Bahan
Brotowali 1 Kg dan 2 butir buah kecubung wulung
Cara Pembuatan
1. Kedua bahan ditumbuk halus dan direbus dengan 1 liter air
2. Dinginkan kemudian disaring
3. Bahan siap digunakan dengan mencampurkan 16 liter air
Q. Ramuan Pengendali Ulat Penggerek Batang dan Ulat Gerayak
Bahan
1. Daun sampang
2. Daun soka geni
3. Daun mindi
4. Labu siam
Cara Pembuatan
1. Bahan-bahan dedaunan ditumbuk halus kemudian airnya diperas
2. Ambil getah labu siam, lalu dicampur dengan perasan dedaunan
3. Bahan didiamkan 1 minggu
4. Bahan siap digunakan untuk 1 – 2 sendok dicampur dengan 1 liter air
R. Ramuan Pengendali Ulat, Wereng dan Jamur
Bahan
1. Lengkuas/laos 1 kg
2. Jahe 1 kg
3. Kunyit/kunir 1 kg
4. Umbi gadung 1 kg
5. Akar jenu/tuba 1 kg
Cara pembuatan
1. Seluruh bahan ditumbuk atau diparut
2. Peras airnya dan dicampur satu sama lainnya
3. Bahan disimpan dalam botol selama 1 minggu dan siap digunakan
4. Satu sendok bahan dapat dicampur dengan 1 liter air
S. Ramuan Pengendali Kupu-kupu dan Ngengat
Bahan
1. Bawang putih atau bawang merah 1 kg
2. Air secukupnya
Cara Pembuatan
1. Bahan ditumbuk halus dan tambahkan air 1 liter
2. Diaduk-aduk hingga rata dan airnya disaring
3. Bahan siap digunakan dengan mencampur 1 gelas dengan 10 liter air
T. Fungsida Alami untuk Memberantas Jamur
Bahan
1. Lengkuas/laos 1 kg
2. Kunyit/kunir 1kg
3. Jahe 1 kg
Cara Pembuatan
1. Ketiga bahan ditumbuk atau diparut
2. Ambil sarinya dengan cara diperas
3. Bahan siap digunakan untuk 2 sendok makan dicampur dengan air 10 – 15
liter
U. Ramuan Pemberantas Ramuan Keriting Pada Cabai
Bahan
1. Abu dapur 2 kg
2. Tembakau ¼ kg
3. Bubuk belerang 3 ons
Cara Pembuatan
1. Semua bahan dilarutkan kedalam air selama 3 – 5 hari
2. Bahan siap digunakan dengan mencampurkan air 10 liter untuk 1 gelas
V. Ramuan Mempercepat Tanaman Berbuah
Bahan
1. Telur ayam kampung 2 butir
2. Gula pasir atau tetes tebu 2 ons
3. Jeruk nipis 3 – 4 butir
4. Madu 3 sendok makan
Cara Pembuatan
1. Telur ayam dikocok/diaduk hingga kuning dan putih telurnya tercampur
secara merata
2. Gula dilarutkan kedalam 1 liter air
3. Peras jeruk nipis dan ambil airnya
4. Semua bahan dicampur sambil diaduk hingga merata atau dapat
ditambahkan madu
5. Larutan siap digunakan untuk ½ gelas dicampur dengan 14 liter air
6. Disemprotkan pada bagian bawah daun setiap 10 hari
7. Penyemprotan dihentikan bila bunga sudah terbentuk
W. Ramuan Mempercepat Pembuahan Pada Tanaman Banci
Bahan
1. Tembakau 1 ons
2. Biji lerak 3 butir
3. Jinten secukupnya
Cara Pembuatan
1. Semua bahan ditumbuk halus
2. Direndam dalam 5 liter air dan disimpan selama 1 minggu
3. 1 liter bahan dicampur dengan 15 liter air
4. Lakukan penyemprotan setiap 7 – 10 hari sekali
X. Membuat Pupuk KCL Alami
Bahan
1. Sabut kelapa sebanyak 30 kg
2. Air secukupnya
Cara Pembuatan
1. Masukkan sabut kelapa kedalam drum
2. Tambahkan air hingga penuh dan tutup drum rapat-rapat minimal selama
2 minggu
3. Bila air rendaman sudah berubah menjadi coklat kehitam-hitaman, bahan
sudah siap digunakan
4. Saring airnya dan semprotkan atau siram pada tanaman setiap 10 hari
sekali untuk meningkatkan bobot dan kualitas buah
5. Unutk pembuatan yang berulang-ulang, tambahkan air pada rendaman
sabut kelapa seperti cara diatas hingga beberapa kali



PMBUATAN BHOKASI DENGAN AM-1 CAIR




PEMBUATAN BOKASHI
Oleh
Dedy Mahyudi Nst,Sp.
Sebagian besar petani di Indonesia selalu menggunakan pupuk kimia (anorganik) dalam melaksanakan pemupukan tanah, sedangkan penggunaan pupuk kimia anorganik dengan takaran yang melebihi ketentuan (over dosis) membuat tekstur dan struktur tanah menjadi sulit diolah dan bersifat asam, kondisi ini akan mengakibatkan mobilisasi unsur hara terganggu karena akan terikat. Imbasnya suplai nitrogen ke tanaman semakin berkurang sehingga produktivitas tanaman menjadi rendah, bahkan akhirnya petani akan menambah dosis pupuk anorganik. Tanpa memikirkan kerusakan lingkungan. Penggunaan pupuk kimia secara terusmenerus dalam jangka waktu yang lama tanpa dibarengi dengan penambahan bahan organik dapat menyebabkan kandungan organik lebih kecil dari 1%, padahal idealnya 2%. Dari hasil penelitian dan pengalaman empiris di lapangan, penambahan bahan organik yang berasal dari kotoran ternak yang diolah secara benar sebanyak 2 ton per hektar per musim tanah mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan pupuk serta perbaikan kualitas hasil panen. Banyak limbah kotoran ternak maupun sisa rumput yang tidak habis dimakan ternak sapi, limbah-limbah tersebut mempunyai nilai tambah. Apabila dibuat bokashi (pupuk kompos memakai AM-1) ataupun fine compost (pupuk memakai bahan stardec) dengan mengggunakan teknologi sederhana, murah, dan tepat guna. Teknologi ini dapat diterapkan oleh petani peternak.
Teknologi bokashi adalah suatu cara menggunakan mikroba tanah dalam pembuatan pupuk organik dengan menggunakan

AM-1 (Active Microorganisme 1)
1 Active Microorganisme 1
- Bakteri Fermentasi
- Bahan Organik
- Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah AM-1 adalah hasil seleksi alami mikroorganisme fermentasi dan sintetik di dalam tanah terciptalah AM-1 yang merupakan bakteri fermentasi Actinomycetes, bakteri fotosintetik dan ragi.
2. Fungsi AM-1
Untuk memfermentasi dalam tanah menjadi unsur-unsur organik, meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas 
tanaman. EM-4 sangat cocok untuk tanaman perkebunan, hortikultura, padi dan palawija, karena sifatnya yang tidak menimbulkan pencemaran.
3. Kegunaan AM-1 
- Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
- Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi
- Menfermentasi dan mendekomposis bahan organik tanah dengan cepat
- Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman
4. Tempat pembuatan kompos di atas lantai dalam ruangan
5. Bahan-bahan dan peralatan
yang tidak terurai dan untuk mendapatkan bahan yang
seragam
- Hasilnya dipak dalam kantung plastik.
8. Ciri-ciri Bokashi yang baik
- Warna coklat kehitam-hitaman
- Bahan hancur, lembab, tidak keras
- Tidak bau, bau seperti tanah atau humus.
9. Manfaat Bokashi
- Mengandung unsur hara makro (N,P,K) dan unsur hara
mikro (Zn, Ca, Fe, Al)
- Dapat diserap cepat oleh perakaran tanaman
- Meningkatkan keragaman, populasi, dan aktivitas mikroorganisme
- Meningkatkan kesuburan tanah dengan kandungan humus
- Meningkatkan kualitas dan produksi tanaman
- Menurunkan biaya produksi.
10. Dosis Pemupukan
- Tanaman hias (sukulen, Soka, dll) 200-250 gr per tanaman, untuk pembibitan 4 bagian tanah, 1 bagian bokashi
- Tanaman sayuran (bayam, kubis, wortel) 100-200 gr per tanaman atau 3-5 ton per hektar untuk pembibitan 5 bagian tanah 1 bagian bokashi
- Tanaman pangan (kedelai, padi, jagung) 3-5 ton per hektar untuk pembibitan 5 bagian tanah 1 bagian bokashi
- Tanaman perkebunan (jeruk, cengkeh, kakao, kopi) 3-5 ton per hektar untuk pembibitan 5 bagian tanah 1 bagian bokashi.
Bahan-bahan :
- Sekam, kotoran ayam dan tumpukan makanan ayam
200 kg.
- Gula pasir 4 sendok makan
- AM-1 sebanyak 80 mL
- Air secukupnya
Peralatan :
cangkul, sekop, timbangan, gelas ukur, termometer
batang, ember, ayakan, cetakan, sepatu bot, masker,
kantong plastik
6. Pembuatan Bokashi
- Timbang bahan-bahan untuk membuat kompos
- Larutkan AM-1 dan gula ke dalam air
- Tuangkan larutan AM-1 dan gula ke bahan untuk kompos, diaduk- aduk, dibolak-balik sampai rata. Campuran tersebu t kandungan airnya 30% dengan ciriciri bahan kompos apabila digenggam tidak keluar air, dan kalau dilepaskan campuran akan mekar,
- Hamparkan bahan di atas lantai
dengan ketinggian atau dengan ketebalan 15 – 20 cm dan ditutup kantong plastik selama 4 hari,
- Usahakan suhu berkisar antara
40 -500C, tiap pagi dicek, kalau suhu terlalu tinggi, dibuka karung penutup, gundukan dibolak- balik dan ditutup lagi,
- Setelah 4 hari bokhasi sudah
jadi dan siap dipergunakan.
7. Pengepakan
- Bokashi yang telah jadi diayak untuk memisahkan bahan
yang tidak terurai dan untuk mendapatkan bahan yang
seragam
- Hasilnya dipak dalam kantung plastik.
8. Ciri-ciri Bokashi yang baik
- Warna coklat kehitam-hitaman
- Bahan hancur, lembab, tidak keras
- Tidak bau, bau seperti tanah atau humus.
9. Manfaat Bokashi
- Mengandung unsur hara makro (N,P,K) dan unsur hara
mikro (Zn, Ca, Fe, Al)
- Dapat diserap cepat oleh perakaran tanaman
- Meningkatkan keragaman, populasi, dan aktivitas mikroorganisme
- Meningkatkan kesuburan tanah dengan kandungan humus
- Meningkatkan kualitas dan produksi tanaman
- Menurunkan biaya produksi.
10. Dosis Pemupukan
- Tanaman hias (sukulen, Soka, dll) 200-250 gr per tanaman, untuk pembibitan 4 bagian tanah, 1 bagian bokashi
- Tanaman sayuran (bayam, kubis, wortel) 100-200 gr per tanaman atau 3-5 ton per hektar untuk pembibitan 5 bagian tanah 1 bagian bokashi
- Tanaman pangan (kedelai, padi, jagung) 3-5 ton per hektar untuk pembibitan 5 bagian tanah 1 bagian bokashi
- Tanaman perkebunan (jeruk, cengkeh, kakao, kopi) 3-5 ton per hektar untuk pembibitan 5 bagian tanah 1 bagian bokashi.